Tugas Filsafat
“Olahraga Dari Segi Kajian Filsafat”
Disusun oleh:
Syamsuryadin
11602241064
PKO B
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011 / 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Olahraga kian hari kian meluas dan memiliki makna yang
bersifat uniiversal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang
menyehatkan badan, mengisi waktu luang dan media eksistensi diri, akhirnya
bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti, politik, ekonomi dan sosial
budaya. Sebagai sebuah fenomena global sekaligus miniatur kehidupan, olahraga
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek-aspek kehidupan, seperti aspek-aspek
ekonomi, politik, sosial, pendidikan, kesehatan, moral dan lain sebagainya.
Disebut juga sebagai miniatur kehidupan karena aktivitas olahraga sangat sarat
dengan gambaran-gambaran kehidupan yang sebenarnya. Tidak heran jika kian hari
kedudukannya kain penting dan menempati tempat tersendiri dalam kehidupan
masyarakat.
Selain untuk sekedar kegiatan fisik dan mengisi waktu
luang, olahraga juga sudah menjadi saran sosialisasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Itu terbukti, dengan olaharaga kita bisa mengenala banyak orang
dan memiliki teman yang banyak. Itu semua merupakan perkembangan dalam
olahraga.
Dalam olahraga juga terdapat nilai-nilai yang
terkandung didalamnya, seperti: nilai sportifitas dan fair play yang merupakan
kata sifat yang berarti juju dan ksatria atau gagah. Selain itu olahraga menumbuhkan
nilai persaudaraan yang merupakan sebauah proses pembauran tampa pembatas suku,
ras dan agama. Kesetaraan ini dapat meningkatkan kemampuan manusia dalam
berolahraga.
2. Rumusan
Masalah
A.
Apa Pengertian
Konsep Dasar Olahraga?
B.
Nilai apa saja
yang terkandung dalam Konsep Dasar Olahraga?
C.
Pergeseran nilai
apa yang terjadi dalam Konsep Dasar Olahraga?
D.
Apa saja
ciri-ciri dalam Olahraga?
3. Tujuan
pembahasan
A.
Supaya kita
mengetahui pengertian Konsep Dasar Olahraga
B.
Supaya kita
mengetahui nilai yang terkandung dalam Konsep Dasar Olahraga
C.
Supaya kita
dapat mengetahui pergeseran nilai seperti apa yang terjadi dalam Konsep Dasar
Olahraga
D.
Supaya kita
mengetahui apa saja ciri-ciri dalam Olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep Dasar Olahraga
Seiring dengan perubahan sosial dan perubahan IPTEK
pencarian konsep olahraga hingga tuntas tidak akan berhasil diperoleh karena
definisi itu mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika definisi klasik
olaharaga yang bertumpu pada permainan dan peragaan keterampilan fisik dengan
dukungan usaha keras kelompok otot-otot besar misalnya, semakin sukar
dipertahankan. Muatan teknologi yang menggabungkan otot dan mesin serta temuan
ilmiah melahirkan olahraga yang berorientasi teknolgi ( techno sport) meskipun
esensi dari olahraga adalah permainan manusia ( human game). Hal inilah yang
merupakan alasan mengapa rekaman video di tolak sebagai daras untuk mengkaji
kembali keputusan wasit dalam ‘ Piala
dunia” sepak bola. Sebaba yang diutamakan adalah faktor manusia dan tekhnologi
hanya merupakan alat pendukung belaka.
Pada tingkat internasional sekalipun, para ahli
dihadapkan dengan masalah dalam perumusan definisi olahraga sehingga dijumpai
definisi yang cukup beragam sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu
keolahragaan yang ditukuninya. Memang tidak akan dijumpai definisi yang paling
memuaskan karena karakteristik olahraga olahraga yang kian lama kian kompleks
baik ditinjau dari jenis kegiatannya
yang semakin beragam, penekanan tujuan yang ingin dicapai maupun konteks
lingkungan sosial-budaya tempat pelaksanaannya, dan bahkan sebagai fenomena
yang serba kontradiktif. Baik dari segi motif dan cara pengelolaannya
karkteristik olahraga itu telaha banyak berubaha dari bersenang menjadi media
atau sarana bisnis (from fun to bussiness ) meminjam istilah Calhoun ( 1987 )
Meskipun karakteristik olahraga amat kompleks, tidak
seperti pandangan Lenk ( 1980 ) atau Wittgeinstein ( 1967 ) yang menyatakan
tidak ada persamaan umum tentang gambaran karakteristik dalam istilah olahraga,
maka Hagele ( 1988 )yang menggunakan pendekatan sosiologi Verstehende dan
Hermenitik mengungkapkan bahwa masih
dapat diidentifikasi karakteristik umum ( common denominaor ) istilah olahraga.
Istilah sport ( Eyler, 1960 dalam Zarkasjek, 1991 )
barasal dari kata disport ( kadang kala dieja dysporte ) dan pertama kali
muncul dalam kepustakaan pada tahun 1303 yang bererti “sport, past time,
recreation and pleasure” makna istilah olahraga ( sport ) itu berubah di
sepanjang waktu namun esensi pengertiannya kebanyakan berkaitan dengan tiga unsur pokok yaitu bermain, latihan fisik
dan kompetisi. Sementara dikelompok lain, seperti dikalangan pembina pendidikan
jasmani yang mencakup kegiatan kompetisi, formal dan informal, rekreasi,
bermain, dan latihan fisik.
Definisi olahraga yang dikemukakan Marveyev ( 1981;
dalam Rusli, 1992 ) bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan
dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemapuan geraknya dan kemampuan
semaksimal mungkin. Nuansa usaha keras yang mengandung ciri permainan dan konfrontasi
melawan tantangan, tercermin dalam definisi UNESCO tentang sport, yaitu: setiap
aktivitas fisik yang berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur
alam, orang lain maupun dari sendiri. Sedangkan menurut Dewan Eropa pada tahun
1980 yang berbunyi” olahraga sebagai aktifitas spontan, bebas dan dilaksanakan
selama waktu luang” merupakan interpretasi yang bersifat umumyang kemudian
digunakan dasar bagi”sport for all”olahraga massal yang dimulai di Eropa pada
tahun 1966 dan 27 tahun kemudian, 1983 Indonesia mencanangkan panji olahraga”
memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat”
Dipengaruhi oleh interpretasi pengertian olahraga di
Eropa, yang kemudian memperoleh pengakuan dari Amerika Serikat, istilah
olahraga mencakup pengertian yang luas bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi
juga aktifitas pada waktu senggang sebagai pelepas lelah dan kegiatan pembinaan
kebugaran jasmani ( misalnya dalam seidentop, 1984 ). Pengertian inilah yang
menjadi landasan pembinaan olahraga kemasyarakatan ( sport the masses ) yang
maknanya identik dengan“ sport for all” yang tersebar di seluruh dunia. Karena
itu, istilah olahraga yang dipakai sebagai rujukan pengembangan ilmu
keolahragaan ( Prof. Hag, 1986 dan Sidentop, 1984 ) adalah definisi yang
bersifat umum, rumusan seorang pedagog olahraga ,Prof. Haag (1986 ) yang
memperoleh pengakuan internasional sebagai beikut: Dunia
tidak digunakan dalam arti sempit
olahraga atletik atau
kompetitif; rathet itu berarti jumlah kegiatan fisik alami formal dan
informal menyadari sebagian besar
dalam disiplin ilmu olahraga
tetapi juga dalam bentuk fundamental seperti senam, kebugaran atau aerobik
Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat
netral, namun masyarakatlah yang kemudian membentuk kegiatannya dan memberi ati
bagi kegiatan itu. Karena itu seperti di Indonesia sesuai dengan tujuan dan
fungsinya kita mengenal beberapa bentuk kegiatan olahraga, seperti:
a. Olahraga
pendidikan- untuk tujuan bersifat pendidikan
b. Olahraga
rekreasi- untuk tujuan yang bersifat rekreasi
c. Olahraga
kesehatan- untuk tujuan pembinaan kesehatan
d. Olahraga
rehabilitasi- untuk tujuan rehabilitasi
e. Olahraga
kompetitif- untuk tujuan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Jadi olahraga dilakukan karena berbagai
alasan penting dari sisi pelakunya. Nilai-nilai dan manfaat yang diperoleh para
pelaku itu didapat dari partisipasi aktif dalam beberapa kegiatan yang bersifat
menghibur, pendidikan, rekreasi, kesehatan, hubungan sosial, perkembangan
biologis, kebebasan menyatakan diri, pengujian kemampuan diri sendiri atua
kemampuan diri sendiri dengan orang lain. Dengan kata lain, seperti dikemukakan
Zarkasjek ( 1991 ), olahraga merupakan wahana untuk mengalami aspek pengalaman
manusiawi.
Pengalaman yang bersifat manusiawi
itu di alami dalam kehidupan nyata, sehingga eksistensi kegiatan olahraga pada
hakikatnya merupakan bagian dari kehidupan. Karena itu pemahaman terhadap
esensi olahraga dibatasi oleh hubungan antara tiga faktor yaitu, alam,
budaya dan individu ( Hagele 1992 ).
Merujuk
pada kepada uraian Hegele ( 1992 ) beberapa ciri dalam olahraga sebagai beikut:
A.
Olahraga sebagai sub-sistem bermain
Beberapa
macam variasi dan jenis olahraga, namun
masih dapat diidentifikasi persamaan umum yang menunjukan ciri yang khas yang
disebut” inner horizon” suatu objek ( Husserl, 1972 dalam Hagele, 1992 ).
Esensi dari inti yang paling dalam dari olahraga dibentuk oleh sebuah kriteria
yaitu makna bermain dan permainan kriteria paling otentik adalah bahwa kegiatan
tersebut di dasarkan pada faktor
kebebasan dan kesengajaan atas dasar kesadaran pelakunya untuk berbuat, lawan
dari aktivitas yang bersifat paksaan atau desakan. Inilah yang membedakan ciri
bermain yang sejati ( misalnya, Huizinga, 1956; Grupe 1982; dalam Hagele,
1992). Tindakan sejati dalam olahraga tidak dipandang sebagai sesuatu yang
tidak menyenangkan tetapi merupakan sumber dari kerjaan ( joy) dan kebahagiaan
( happiness ) (Fink, 1957 ).
B.
Gambaran Struktural Spesifik Olahraga
Aktivitas
dalam olahraga memiliki perbedaan dengan dunia bermain dan berbeda pula dengan
kategori ludik lainnya ( misalnya permainan faktor kebetulan seperti main
domino, permainan faktor intelektual seperti catur, atau teater ) terutama
dalam gambaran struktural dan faktor-faktor yang berpengaruh yang membentuk
kerangka spesifik olahraga ditandai dengan bentuk-bentuknya yang khas.
C.
Realitas Olahraga
Pendapat
para ahli tentang olahraga, seperti dikemukakan tadi seperti kabur dan
bertentangan dengan realitas bermain pada umumnya. Perilaku dalam olahraga
sering digambarkan bukan hanya bersifat “artifisal”. “Quasi aestetik”,”imaginer
dan ilusi namun sebaliknya sebagai kegiatan “real” dan asli’. Namun demikian
keterlibatan seseorang dalam olahraga biasanya tidak semata-mata terpaku
mengikuti peranan yang telah di tetapkan dan terpeleset dibalik topeng fiksi.
Pelaku olahraga juga merupakan bagian dari dunia nyata dari dunia indra dan kongkrit.
Karena itu, dunia olahraga berbeda dengan permainan fisik yang secara langsung
menjabarkan ilusi. Meskipun peraturan remi, norma dan nilai olahraga mengiring
kegiatan ilmiah dan perilaku universal seperti berjalan, berlari, melempar dan
melompat ke arah penafsiran ulang yang spesifik, hal ini tidak terjadi secara
apriori atlet meninggalkan realitas, dunia faktual.
D.
Penampilan dan Prestasi dalam Olahraga
Olahraga
pada dasarnya tidak selalu mengacu pada maksud dan tujuan eksternal seperti
halnnya semua bentuk permainan; kegiatan itu di warnai oleh drama dari setiap
gerak. Karena itu upaya untuk mempertahankan “unsur ketegangan” sebagai titik
tengaha antara kondisi yang membosankan dan tuntutan yang belebihan merupakan
komponen absolut dari ciri dunia olahraga.
Gross
( 1973; dalam Hegele, 1992 ) menekankan unsur tujuan dan prestasi, sperti
halnya keriangan karena mampu melakukan sesuatu sebaik mungkin atau melebihi
orang lain merupakan faktor penentu kegiatan olahraga.
Ada tiga dimensi karakteristik prestasi
olahraga, yaitu:
1)
Prestasi itu dinyatakan melalui aspek
jasmaniah. Prestasi olahraga diarahkan
untuk menguasai, memelihara dan mengoptimalkan keterampilan gerak (
Wiss. Beirat des deutschen sportbundes, 1980 ; dalam Hegele, 1992 )
2)
Kegiatan dilaksanakan secara sukarela
3)
Kegiatan tidak dimaksudkan untuk
menghancurkan orang lain tetapi justru untuk meningkatkan solidaritas.
E.
Dimensi sosial dalam olahraga
Dunia
olahraga di pengaruhi oleh hubungan antara strukturnya, tanpa memandang
bentuknya, lain halnya permainan imajiner yang pada dasarnya memperkenalkan
permainan untuk sepenuhnya masuk ke dalam dunia khyalnya sendiri. Proses
pembelajaran keterampilan olahraga itu berlansung dalam suasana sosial,
meskipun dalam kenyataanya seseorang memperoleh kebebasan untuk memilih atau
menentukan kegiatan apa yang akan di lakukan tampa dipengaruhi oleh orang lain
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Olahraga
dalam perkembanganya di kehidupan sehari-hari merupakan media untuk
bersenang-senang, sosialisasi, rekreasi, melatih fisik, mempererat tali
persaudaraan dan lain sebagainya, tapi seiring perkembangan jaman dan pengaruh
globalisasi, kini olahraga bukan hanya sebagai media sosialisasi dan
sebagainya, malah olahraga telah menjadi pekerjaa bagi pelakunya dan menjadi
area bisnis yang sangat menguntungkan bagi para konglomerat yang ingin
mengembangkan bisnis.
Bahkan
sekarang yang lebih ekstrim lagi olahraga kini sudah menjadi media politik bagi
para pelaku politik yang ingin mengedepankan kepentinga pribadi diatas
kepentingan olahraga itu sendiri.
Inti
dari kegiatan dalam bidang olahraga adalah bermain, pendidikan jasmani,
olahraga, rekrasi, tari dan gerak insani. Semua kegiatan tersebut memiliki ciri
yang sama yaitu mengandung kegiatan fisik, berbentuk permainan, berusaha untuk
selalu lebih baik, dilakukan dengan semangat ( ksatria ). Kenyataannya tidak
semua cabang olahraga memnuhi ciri tersebut.
Makna
istilah olahraga berubah disepanjang waktu, tetapi esensi pengertiannya
kebanyakan berkaitan dengan tiga unsur pokok yaitu, bermain, latihan fisik dan
kompetisi.
Daftar Pustaka
1.
Husdarta, S. 2010. “ Sejarah dan Filsafat Olahraga “. Bandung.
ALFABETA
Kata Pengantar
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah filsafat “Olahraga Dari Segi Kajian Filsafat”
guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Filsafat Olahraga
Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada pak Hamid yang telah membimbing dan
membantu penulis dengan memberikan arahan – arahan dan petunjuk tentang cara
menyusun makalah dengan baik dan benar
Penulis
sadar, bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah
tersebut, oleh harena demikian penulis mengharapkan masukan dan saran dari pak
Hamid dan teman – teman sekalian supaya penulis dapat memperbaiki makalah yang
akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar