Senin, 11 Juni 2012

Filsafat Olahrag


Tugas Filsafat
“Olahraga Dari Segi Kajian Filsafat”

Description: E:\FIK UNY\KULIAH SEM II\LOGO UNY\UNY (5).jpg


Disusun oleh:
Syamsuryadin
11602241064
PKO B



FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011 / 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Olahraga kian hari kian meluas dan memiliki makna yang bersifat uniiversal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang dan media eksistensi diri, akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti, politik, ekonomi dan sosial budaya. Sebagai sebuah fenomena global sekaligus miniatur kehidupan, olahraga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek-aspek kehidupan, seperti aspek-aspek ekonomi, politik, sosial, pendidikan, kesehatan, moral dan lain sebagainya. Disebut juga sebagai miniatur kehidupan karena aktivitas olahraga sangat sarat dengan gambaran-gambaran kehidupan yang sebenarnya. Tidak heran jika kian hari kedudukannya kain penting dan menempati tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat.
Selain untuk sekedar kegiatan fisik dan mengisi waktu luang, olahraga juga sudah menjadi saran sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Itu terbukti, dengan olaharaga kita bisa mengenala banyak orang dan memiliki teman yang banyak. Itu semua merupakan perkembangan dalam olahraga.
Dalam olahraga juga terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti: nilai sportifitas dan fair play yang merupakan kata sifat yang berarti juju dan ksatria atau gagah. Selain itu olahraga menumbuhkan nilai persaudaraan yang merupakan sebauah proses pembauran tampa pembatas suku, ras dan agama. Kesetaraan ini dapat meningkatkan kemampuan manusia dalam berolahraga.




2.      Rumusan Masalah

A.    Apa Pengertian Konsep Dasar Olahraga?
B.     Nilai apa saja yang terkandung dalam Konsep Dasar Olahraga?
C.     Pergeseran nilai apa yang terjadi dalam Konsep Dasar Olahraga?
D.    Apa saja ciri-ciri dalam Olahraga?

3.      Tujuan pembahasan

A.    Supaya kita mengetahui pengertian Konsep Dasar Olahraga
B.     Supaya kita mengetahui nilai yang terkandung dalam Konsep Dasar Olahraga
C.     Supaya kita dapat mengetahui pergeseran nilai seperti apa yang terjadi dalam Konsep Dasar Olahraga
D.    Supaya kita mengetahui apa saja ciri-ciri dalam Olahraga













BAB II
PEMBAHASAN

1.      Konsep Dasar Olahraga
Seiring dengan perubahan sosial dan perubahan IPTEK pencarian konsep olahraga hingga tuntas tidak akan berhasil diperoleh karena definisi itu mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika definisi klasik olaharaga yang bertumpu pada permainan dan peragaan keterampilan fisik dengan dukungan usaha keras kelompok otot-otot besar misalnya, semakin sukar dipertahankan. Muatan teknologi yang menggabungkan otot dan mesin serta temuan ilmiah melahirkan olahraga yang berorientasi teknolgi ( techno sport) meskipun esensi dari olahraga adalah permainan manusia ( human game). Hal inilah yang merupakan alasan mengapa rekaman video di tolak sebagai daras untuk mengkaji kembali  keputusan wasit dalam ‘ Piala dunia” sepak bola. Sebaba yang diutamakan adalah faktor manusia dan tekhnologi hanya merupakan alat pendukung belaka.
Pada tingkat internasional sekalipun, para ahli dihadapkan dengan masalah dalam perumusan definisi olahraga sehingga dijumpai definisi yang cukup beragam sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu keolahragaan yang ditukuninya. Memang tidak akan dijumpai definisi yang paling memuaskan karena karakteristik olahraga olahraga yang kian lama kian kompleks baik ditinjau dari jenis kegiatannya  yang semakin beragam, penekanan tujuan yang ingin dicapai maupun konteks lingkungan sosial-budaya tempat pelaksanaannya, dan bahkan sebagai fenomena yang serba kontradiktif. Baik dari segi motif dan cara pengelolaannya karkteristik olahraga itu telaha banyak berubaha dari bersenang menjadi media atau sarana bisnis (from fun to bussiness ) meminjam istilah Calhoun ( 1987 )
Meskipun karakteristik olahraga amat kompleks, tidak seperti pandangan Lenk ( 1980 ) atau Wittgeinstein ( 1967 ) yang menyatakan tidak ada persamaan umum tentang gambaran karakteristik dalam istilah olahraga, maka Hagele ( 1988 )yang menggunakan pendekatan sosiologi Verstehende dan Hermenitik mengungkapkan bahwa  masih dapat diidentifikasi karakteristik umum ( common denominaor ) istilah olahraga.
Istilah sport ( Eyler, 1960 dalam Zarkasjek, 1991 ) barasal dari kata disport ( kadang kala dieja dysporte ) dan pertama kali muncul dalam kepustakaan pada tahun 1303 yang bererti “sport, past time, recreation and pleasure” makna istilah olahraga ( sport ) itu berubah di sepanjang waktu namun esensi pengertiannya kebanyakan berkaitan dengan  tiga unsur pokok yaitu bermain, latihan fisik dan kompetisi. Sementara dikelompok lain, seperti dikalangan pembina pendidikan jasmani yang mencakup kegiatan kompetisi, formal dan informal, rekreasi, bermain, dan latihan fisik.
Definisi olahraga yang dikemukakan Marveyev ( 1981; dalam Rusli, 1992 ) bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemapuan geraknya dan kemampuan semaksimal mungkin. Nuansa usaha keras yang mengandung ciri permainan dan konfrontasi melawan tantangan, tercermin dalam definisi UNESCO tentang sport, yaitu: setiap aktivitas fisik yang berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur alam, orang lain maupun dari sendiri. Sedangkan menurut Dewan Eropa pada tahun 1980 yang berbunyi” olahraga sebagai aktifitas spontan, bebas dan dilaksanakan selama waktu luang” merupakan interpretasi yang bersifat umumyang kemudian digunakan dasar bagi”sport for all”olahraga massal yang dimulai di Eropa pada tahun 1966 dan 27 tahun kemudian, 1983 Indonesia mencanangkan panji olahraga” memasyarakatkan  olahraga dan mengolahragakan masyarakat”
Dipengaruhi oleh interpretasi pengertian olahraga di Eropa, yang kemudian memperoleh pengakuan dari Amerika Serikat, istilah olahraga mencakup pengertian yang luas bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi juga aktifitas pada waktu senggang sebagai pelepas lelah dan kegiatan pembinaan kebugaran jasmani ( misalnya dalam seidentop, 1984 ). Pengertian inilah yang menjadi landasan pembinaan olahraga kemasyarakatan ( sport the masses ) yang maknanya identik dengan“ sport for all” yang tersebar di seluruh dunia. Karena itu, istilah olahraga yang dipakai sebagai rujukan pengembangan ilmu keolahragaan ( Prof. Hag, 1986 dan Sidentop, 1984 ) adalah definisi yang bersifat umum, rumusan seorang pedagog olahraga ,Prof. Haag (1986 ) yang memperoleh pengakuan internasional sebagai beikut: Dunia tidak digunakan dalam arti sempit olahraga atletik atau kompetitif; rathet itu berarti jumlah kegiatan fisik alami formal dan informal menyadari sebagian besar dalam disiplin ilmu olahraga tetapi juga dalam bentuk fundamental seperti senam, kebugaran atau aerobik
Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral, namun masyarakatlah yang kemudian membentuk kegiatannya dan memberi ati bagi kegiatan itu. Karena itu seperti di Indonesia sesuai dengan tujuan dan fungsinya kita mengenal beberapa bentuk kegiatan olahraga, seperti:
a.       Olahraga pendidikan- untuk tujuan bersifat pendidikan
b.      Olahraga rekreasi- untuk tujuan yang bersifat rekreasi
c.       Olahraga kesehatan- untuk tujuan pembinaan kesehatan
d.      Olahraga rehabilitasi- untuk tujuan rehabilitasi
e.       Olahraga kompetitif- untuk tujuan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
      Jadi olahraga dilakukan karena berbagai alasan penting dari sisi pelakunya. Nilai-nilai dan manfaat yang diperoleh para pelaku itu didapat dari partisipasi aktif dalam beberapa kegiatan yang bersifat menghibur, pendidikan, rekreasi, kesehatan, hubungan sosial, perkembangan biologis, kebebasan menyatakan diri, pengujian kemampuan diri sendiri atua kemampuan diri sendiri dengan orang lain. Dengan kata lain, seperti dikemukakan Zarkasjek ( 1991 ), olahraga merupakan wahana untuk mengalami aspek pengalaman manusiawi.
            Pengalaman yang bersifat manusiawi itu di alami dalam kehidupan nyata, sehingga eksistensi kegiatan olahraga pada hakikatnya merupakan bagian dari kehidupan. Karena itu pemahaman terhadap esensi  olahraga dibatasi  oleh hubungan antara tiga faktor yaitu, alam, budaya dan individu ( Hagele 1992 ).
Merujuk pada kepada uraian Hegele ( 1992 ) beberapa ciri dalam olahraga sebagai beikut:
A.    Olahraga sebagai sub-sistem bermain
            Beberapa macam variasi  dan jenis olahraga, namun masih dapat diidentifikasi persamaan umum yang menunjukan ciri yang khas yang disebut” inner horizon” suatu objek ( Husserl, 1972 dalam Hagele, 1992 ). Esensi dari inti yang paling dalam dari olahraga dibentuk oleh sebuah kriteria yaitu makna bermain dan permainan kriteria paling otentik adalah bahwa kegiatan tersebut di dasarkan  pada faktor kebebasan dan kesengajaan atas dasar kesadaran pelakunya untuk berbuat, lawan dari aktivitas yang bersifat paksaan atau desakan. Inilah yang membedakan ciri bermain yang sejati ( misalnya, Huizinga, 1956; Grupe 1982; dalam Hagele, 1992). Tindakan sejati dalam olahraga tidak dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi merupakan sumber dari kerjaan ( joy) dan kebahagiaan ( happiness ) (Fink, 1957 ).
B.     Gambaran Struktural Spesifik Olahraga
            Aktivitas dalam olahraga memiliki perbedaan dengan dunia bermain dan berbeda pula dengan kategori ludik lainnya ( misalnya permainan faktor kebetulan seperti main domino, permainan faktor intelektual seperti catur, atau teater ) terutama dalam gambaran struktural dan faktor-faktor yang berpengaruh yang membentuk kerangka spesifik olahraga ditandai dengan bentuk-bentuknya yang khas.
C.     Realitas Olahraga
            Pendapat para ahli tentang olahraga, seperti dikemukakan tadi seperti kabur dan bertentangan dengan realitas bermain pada umumnya. Perilaku dalam olahraga sering digambarkan bukan hanya bersifat “artifisal”. “Quasi aestetik”,”imaginer dan ilusi namun sebaliknya sebagai kegiatan “real” dan asli’. Namun demikian keterlibatan seseorang dalam olahraga biasanya tidak semata-mata terpaku mengikuti peranan yang telah di tetapkan dan terpeleset dibalik topeng fiksi. Pelaku olahraga juga merupakan bagian dari dunia nyata dari dunia indra dan kongkrit. Karena itu, dunia olahraga berbeda dengan permainan fisik yang secara langsung menjabarkan ilusi. Meskipun peraturan remi, norma dan nilai olahraga mengiring kegiatan ilmiah dan perilaku universal seperti berjalan, berlari, melempar dan melompat ke arah penafsiran ulang yang spesifik, hal ini tidak terjadi secara apriori atlet meninggalkan realitas, dunia faktual.
D.    Penampilan dan Prestasi dalam Olahraga
            Olahraga pada dasarnya tidak selalu mengacu pada maksud dan tujuan eksternal seperti halnnya semua bentuk permainan; kegiatan itu di warnai oleh drama dari setiap gerak. Karena itu upaya untuk mempertahankan “unsur ketegangan” sebagai titik tengaha antara kondisi yang membosankan dan tuntutan yang belebihan merupakan komponen absolut dari ciri dunia olahraga.
            Gross ( 1973; dalam Hegele, 1992 ) menekankan unsur tujuan dan prestasi, sperti halnya keriangan karena mampu melakukan sesuatu sebaik mungkin atau melebihi orang lain merupakan faktor penentu kegiatan olahraga.
Ada tiga dimensi karakteristik prestasi olahraga, yaitu:
1)      Prestasi itu dinyatakan melalui aspek jasmaniah. Prestasi olahraga diarahkan  untuk menguasai, memelihara dan mengoptimalkan keterampilan gerak ( Wiss. Beirat des deutschen sportbundes, 1980 ; dalam Hegele, 1992 )
2)      Kegiatan dilaksanakan secara sukarela
3)      Kegiatan tidak dimaksudkan untuk menghancurkan orang lain tetapi justru untuk meningkatkan solidaritas.
E.     Dimensi sosial dalam olahraga
            Dunia olahraga di pengaruhi oleh hubungan antara strukturnya, tanpa memandang bentuknya, lain halnya permainan imajiner yang pada dasarnya memperkenalkan permainan untuk sepenuhnya masuk ke dalam dunia khyalnya sendiri. Proses pembelajaran keterampilan olahraga itu berlansung dalam suasana sosial, meskipun dalam kenyataanya seseorang memperoleh kebebasan untuk memilih atau menentukan kegiatan apa yang akan di lakukan tampa dipengaruhi oleh orang lain
















BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
            Olahraga dalam perkembanganya di kehidupan sehari-hari merupakan media untuk bersenang-senang, sosialisasi, rekreasi, melatih fisik, mempererat tali persaudaraan dan lain sebagainya, tapi seiring perkembangan jaman dan pengaruh globalisasi, kini olahraga bukan hanya sebagai media sosialisasi dan sebagainya, malah olahraga telah menjadi pekerjaa bagi pelakunya dan menjadi area bisnis yang sangat menguntungkan bagi para konglomerat yang ingin mengembangkan bisnis.
            Bahkan sekarang yang lebih ekstrim lagi olahraga kini sudah menjadi media politik bagi para pelaku politik yang ingin mengedepankan kepentinga pribadi diatas kepentingan olahraga itu sendiri.
            Inti dari kegiatan dalam bidang olahraga adalah bermain, pendidikan jasmani, olahraga, rekrasi, tari dan gerak insani. Semua kegiatan tersebut memiliki ciri yang sama yaitu mengandung kegiatan fisik, berbentuk permainan, berusaha untuk selalu lebih baik, dilakukan dengan semangat ( ksatria ). Kenyataannya tidak semua cabang olahraga memnuhi ciri tersebut.
            Makna istilah olahraga berubah disepanjang waktu, tetapi esensi pengertiannya kebanyakan berkaitan dengan tiga unsur pokok yaitu, bermain, latihan fisik dan kompetisi.


                                                   Daftar Pustaka
1.      Husdarta, S. 2010.  “ Sejarah dan Filsafat Olahraga “. Bandung. ALFABETA

Kata Pengantar

Puji syukur  penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah filsafat “Olahraga Dari Segi Kajian Filsafat” guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Filsafat Olahraga
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pak Hamid yang telah membimbing dan membantu penulis dengan memberikan arahan – arahan dan petunjuk tentang cara menyusun makalah dengan baik dan benar
Penulis sadar, bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah tersebut, oleh harena demikian penulis mengharapkan masukan dan saran dari pak Hamid dan teman – teman sekalian supaya penulis dapat memperbaiki makalah yang akan datang.
                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar